Kamis, 27 Januari 2011

Sistem Kepemimpinan Islam,Islamic Leadership System

PERTEMUAN (2) 03-09-2010

AD.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN ISLAM
a. Kepemimpinan secara umum
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, mendapat awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan sifat yang dimiliki pemimpin itu.
Secara teoritis banyak sekali sarjana yang memberikan terminology mereka terhadap pengertian kepemimpinan, tergantung pada sudut pandang mereka memberikan definisi atau batasan terhadap kepemimpinan, di antaranya adalah:
• Hadipoerwono: Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan menjalin hubungan antara sesama manusia sehingga mendorong orang lain untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan hasil yang maksimal (Tata Personalia, Bandung, Jembatan, 1982: 40).
• George R. Terry, Kepemimpinan adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang yang dipimpin dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin (Aunurrahim Faqih, Kepemimpinan Islam, h. 2).
Berdasarkan termenologi di atas, secara umum kepemimpinan dapat dipahami “sebagai proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pngikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memerbaiki kelompok dan budayanya.
b. Kepemimpinan Islam
Istilah-istilah kepemimpinan dalam Islam: Khilafah, dari khalafa: di belakang, mengganti khalifah, lihat al-Baqarah ayat 30. Imamah: memimpin, meladeni, orang yang memimpin, lihat hadis Nabi al-Bukhari: Imamun ‘adilun, Ulil Amri: orang yang punya urusan dan mengurus, lihat an-Nisa’ ayat 59 “wa ulil amri minkum”, Wilayah dari waliya: memerintah, menguasai, menyayangi, menolong, orangnya disebut wali, lihat al-Maidah ayat 55. Ri’aya dari kata ra’a, yar’a: mengembalakan,memelihara, mengayomi, orangnya disebut ra’in, lihat hadis Nabi saw “Kullukun ra’in”.
Dari segi terminologi dikemukakan oleh Hadari Nawawi:
a. Pengertian spiritual: Kepemimpinan Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah swt yg telah menjadikan manusia sebagi khalifah di muka bumi ini sehingga dimensi kontrol tdk terbatas pada interaksi antara yang memimpin (‘umara) dengan yang dipimpin.Kedua-duanya harus mempertangungjawabkan amanah yg diembannya sbg seorang khalifah di muka bumi secara konprehensif.
b. Secara Impiris, kegiatan menuntun, membimbing,memandu dan menunjukkan jalan yang diridai Allah swt (Kepemimpinan Islam, h. 16-39).
Ad. 2. Pendekatan Kepemimpinan Islam.
Ada 3 pendekatan:
a. Pendekatan normative, Pendekatan berdasarkan al-Qur’an dan al-hadis yang mengandung 4 prinsip pokok dlm kepemimpinan yaitu: tanggung jawab dalam organisasi, prinsip etika tauhid, prinsip keadilan, dan prinsip kesederhanaan.
b. Pendekatan histories, adalah al-Qur’an sangat kaya akan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran umat masa kini, dan yang akan datang.
c. Pendekatan teoretis, bahwa Islam adalah idiologi terbuka, hal ini berarti bahwa walaupun bangunan dasar-dasar kepemimpinan sudah diatur dalam Islam secara sempurna, akan tetapi Islam tidak menutup kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan konsep pemikiran dari luar Islam, selama konsep pemikiran tersebut tidk bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis dan membawa maslahat bagi masyarakat banyak.







DASAR-DASAR KONSEPTUAL KEPEMIMPINAN ISLAM

1. PRINSIP TAUHID: SURAT Ali Imran:64: Qul Ya ahlal Kitab Ta’alau ila kalimatin sawa’ bainana wabainakumalla na’buda illa Allah wala nusyrika bihi syai’an
2. PRINSIP KEADILAN (AL’ADALAH), AN-NAHL AYAT 90: “INNALLAHA YA’MURU BIL-’ADLI WAL-IHSAN”.
BERBUAT ADIL BAIK DALAM KEADAAN RIDLA MAUPUN MARAH.
3. PRINSIP PERSAMAAN (AL-MUSAWAH).MAMPU MEMPERLAKUKAN ORANG YANG DIPIMPINNYA ATAS DASAR PERSAMAAN TANPA MEMBEDAKAN AGAMA, RAS, SUKU, GOLONGAN, ADAT-ISTIADAT DN JENIS KELAMIN, (AL-HUJURAT AYAT 13).
4. PRINSIP KEMAJEMUKAN (AT-TA’ADDUDIYAH) SURAT AR-RUM Ayat 22 WA MIN AYATIHI KHALQU ASSAMAWATI WA AL-ARDLI WAKHTILAFU ALSINATIKUN WA AL-WANIKUM
5. PRINSIP KEMERDEKAAN (AL-HURRIYAH), HAK ASASI MANUSIA, BEBAS BERFIKIR (IQRA’), BEBAS BERBICARA DAN BERBUAT, BEBAS DARI KEKURANGAN, DAN BEBAS BERAGAMA.
6. PRINSIP MUSYAWARAH (ASY-SYURA’) ASY-SYURA AYAT 38 “WA AMRUHUN SYURA’ BAINAHUM”.DALAM SYURA’ ADA SUBSTANSI DEMOKRASI, TETAPI SYURA TIDAK IDENTIK DENGAN DEMOKRASI.



URGENSI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

URGENSI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM DAPAT DIPAHAMI DARI HADIS NABI SAW “IDZA KHARAJA TSALATSUN FI SAFARIN FALYUAMMIRU AHADAHUM” (APABILA KELUAR TIGA ORANG DALAM SUATU PERJALANAN, HENDAKNYA SALAH SEORANG MEREKA ITU DIJADIKAN PEMIMPIN).
IBNU TAIMIYAH MENGOMENTARI HADIS TERSEBUT BAHWA RASULULLAH MEWAJIBKAN MENGANGKAT SEORANG PEMIMPIN MESKIPUN DALAM KELOMPOK YANG KECIL YANG BERSIFAT SEMENTARA DALAM PERJALANAN.LEBIH LANJUT IBNU TAIMIYAH BERKATA “ALLAH MEWAJIBKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR, HAL-HAL TERSEBUT TIDAK DAPAT TEREALISIR MELAINKAN DENGAN KEKUATAN DAN PIMPINAN. (REFERENSI: STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM, DRS.H.MUHDI ZAINUDDIN,LC,MA, DAN ABD. MUSTAQIM, M.Ag., KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM, DRS. EK. IMAM MUNAWAR, KEPEMIMPINAN ISLAM, AUNURRAHIM FAQIH DAN IIP WIJAYANTO)




TABIAT KEPEMIMPINAN (3) 01-10 -2010

A. TEORI KELAHIRAN PEMIMPIN
1. TEORI HERIDITAS (keturunan): Pemimpin muncul dari orang-orang terkemuka.Ciri-cirinya sifat yang dominan adalah kurang demokratis dan kharismatik.Dalam perspektif Islam teori ini sanagt diterministik shg menganggap lingkungan keluarga dan social tidak berpengaruh padahal ada hadis Nabi saw yang menjelaskan ttg hal tsb: Kullu mauludin yuladu ‘ala alfithrati faabawahu yuhawwidaanihi aw yunashshiraanihi aw yumajjisaanihi.
2. TEORI ENVIRONMENTAL (lingkungan).Pemimpin muncul krn Faktor lingkungan. Teori ini kebalikan dari teori pertama yang kurang memperhitungkan factor keturunan untuk menjadi seorang pemimpin. Ciri-cirinya demokratis dan kepiawian. Dalam perspektif Islam faktor keturunan juga cukup signifikan utk melahirkan seorang pemimpin oleh karenanya Nabi menganjurkan utk mencari pasangan hidup dari bibit ata keturunan yang baik.
3. TEORI KONVERGENSI (Campuran antar keduanya). Menganggap kedua-duanya signifikan. Model ini lebih banyak diterima masyarakat modern, khususnya negara2 demokratis.

B. TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

1. Tipe otokratis: memperlakukan organisasi yg dipimpinnya sbg milik pribadi. Tipe kepemimpinan ini biasanya menggunakan gaya inspektif dan investigatif. Kelemahannya antara lain: para bawahan merasakan tekanan psikis dan tekanan pengembangan karier, bawahan takut utk bersalah, produktivitas kerja adakalanya sengaja diturunkan.
2. Tipe paternalistic: Pemimpin cenderung menganggap yg dipimpin tdk dewasa. (lebih menonjolkan figur, kalau figurnya wafat organisasi mjd stagnan, mundur atau runtuh. Gaya kepemimpinan tipe ini biasanya: edukatif, naratif, motivatif, gaya persuasive, inovativ dan gaya represif. Gaya ini bisa positif kalau pribadinya baik yaitu bertindak sbg ayah yg bijaksana, ttp mnjdi negative apabila pribadi ayah tdk ditunjang hal-hal positif dan visioner.
3. Tipe Militeristik: Tdk hrs dlm organisasi militer ttp gaya kepemimpinannya spt militer yakni perintah pemimpin harus ditaati scr mutlak (garis komando). Gaya kepemimpinannya: instruktif, investigative, dg dmik, hal2 yg bersifat inisiatif, inovatif, dan kreatif prouktif kurang mendapat saluran.
4. Demokratis: Pemimpin berusaha menyinkronkan antara kepentingan dan tujuan organisasi dg kepentingan dan tujuan yg dipimpinnya. Gaya kepemimpinan tipe ini adalah inspektif, inovatif, persusif atau bahkan gaya partisipatif. Oleh karenanya tipe ini kerjasama dalam organisasi merupak swt keniscayaan.
5. Tipe kharismatik: Pemimpin mempunyai daya pikat yg sangat besar/sangat berpengaruh thd pengikutnya. Tipe ini cenderung menonjolkan figure, banyak pengikutnya dan fanatic, mengkultuskan sang pemimpin. Gaya kepemimpinan tipe ini adalah motivatif, edukatif, dan partsipatif. (Referensi: Drs. H. Muhadi Zainuddin Lc. Studi Kepemimpinan Islam,Dan Drs. Sukrana, Kepemimpinan dalam Administrasi).

Etika profesi pemimpin

Adapun prinsip-prinsip etika berorganisasi adalah :
1. Menjaga perasaan orang lain,
2. Memecahkan masalah dengan rendah hati,
3. Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain,
4. Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah,
5. Menanggapi suatu masalah dengan cepat, dan sesuai dengan keahlian (competence),
6. Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value),
7. Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.
Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang mudah.

Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi untuk apa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi. Sanksi dapat diberlakukan tanpa harus adanya diskriminasi. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya mempunyai ”kode etik organisasi” yang berfungsi sebagai alat pengendalian atau pengawasan organisasi.
Kode etik organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dapat dijadikan sebagai pedoman oleh majelis pertimbangan organisasi mengawasi jalannya roda organisasi.
Kode etik organisasi disusun berdasarkan pertimbangan beberapa faktor :
1. Peraturan dan ketentuan yang disepakati,
2. Sinergitas,
3. Persaingan yang sehat, competition is matter of spirit, not strength
4. Tanggung jawab atau integritas,
5. Hubungan kerja
6. Aspirasi.















Pertemuan (4)
REALITAS KEPEMIMPINAN ISLAM

REALITAS KEPEMIMPINAN ISLAM II

1. Bani Umayyah:

Sistem dan pola kepemimpinan Bani Umayyah secara umum dapat dikatakan menganut system monarkhi (turun temurun), karena meskipun pemerintahan Dinasti Umayyah memakai gelar khalifah namun cara pengangkatannya menyimpang dari keempat cara yang ditempu oleh pemerintahan khulafa’ al-Rasyidin. Sistem khalifah al-Rasyidin berakhir untuk selama-lamanya setelah Muawiyah mengangkat putranya (Yazid) sebagai putra mahkota.
Praktek kepemimplah inan Dinasti Umayyah yang berbeda dengan khulafa’ al-Rasyidin adalah: (1) unsure pengikat bangsa lebih ditekankan pada kesatuan politik dan ekonomi, (2) khalifah adalah jabatan sekuler dan berfungsi sebagai kepala pemerintahan eksekutip, (3) dinasti ini bersifat ekslusif karena lebih mengutamakan orang-orang Arab duduk dalam pemerintahan (4) dinasti ini tidak meninggalkan unsure agama dalam pemerintahan(formalitas agama tetap dipatuhi dan kadang menampilkan dirinya sebagai pejuang Islam, (5) kurang melaksanakan musyawarah karenananya kekuasaan khalifah bersifat absolute walaupun belum begitu menonjol, (6) para khalifah (raja) telah memilih cara hidup kaisar dan kisra (telah meninggalkan cara2 hidup Nabi dan khulafa’ al-Rasyidin.
Namun demikian dinasti memberikan perubahan yahg signifikan dan inovatif antara lain: (1) membangun kekuasaan militer (AD, AL dan Kepolisian), (2) meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat, (3) mengadakan pebaruan di bidang administerasi pemerintahan dan melengkapinya dengan jabatan2 baru yg dipengaruhi oleh kebudayaan Bizantium.
1. Bani Abbasiyah
Setelah pemerintahan bani Umayyah jatuh (99 tahun) berkuasa, kekuasaan khalifah jatuh ke tangan Bani Abbas. Pola kepemimpinan Bani Abbas pada umumnya tidak jauh berheda dengan Bani Umayyah (menyimpang dari praktik Nabi Muhammad dan khulafa’ al-Rasyidin). Sistem kepemimpinannya pun tidak berbeda dengan Umayyah yaitu model monarkhi dengan tetap menggunakan gelar khalifah.Tetapi derajatnya berbeda khalifah2 Bani Abbas menempatkan diri sebagai zillullah filardi (bayangan Allah di bumi).Tegasnya khalifah memperoleh kekusaannya dari Allah bukan dari rakyat, oleh karena itu brsifat absolute.
Ciri lain dari praktik kepemimpinan Bani Abbas: (1) jabatan khalifah tdk bisa dipisahkan dari negara. Kepala pemerintahan eksekutip dijabat oleh seorang wazir, (2) unsure pengikat bangsa adalah agama (muslim arab dan non-arab sama), (3) corak pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh Persia, (4) Dinasti ini memanfaatkan kemajuan ekonomi utk pengembangan penelitian ilmiah di berbagai bidang shg mencapai perestasi gemilang yg mengagumkan dunia.

2. Kepemimpinan di negara2 Islam
a. Arab Saudi: Kerajaan, Kepala negara dan pemerintahannya adalah raja.Kekuasaan eksekutip dilaksanakan oleh para pembantu raja yaitu Dewan Menteri. Tdk memiliki UU tertulis namun kaedah2 pokok yg terkandung dalam al-Qur’an dianggap sbg UU (system hukum yg dipakai adalah syariat Islam__al-Qur’an. Al-Sunnah dan ijtihad para ulama).Dengan demikian KSA tdk monarkhi absolute dan teokrasi krn kekuasaan dibatasi oleh syariat.
b. Pakistan: Republik Islam Pakistan, Kepala negara presiden, dan kepala pemerintahan perdana menteri. Kekuasaan legislative DPR.
c. Maroko:Kerajaan yg berkonstitusi dan demokratis, kedaulatan di tangan bangsa dan Islam adalah agama negara. Menganut system banyak partai. Hukum Islam hanya berlaku di bidang-bidang tertentu, perkawinan, waris dan wakaf menurut mazhab Mailiki.
d. Mesir: Republik Arab Mesir, kepala negara dan pemerintahan presiden yg dipilih oleh DPR yg beranggotakan 458 orang.Negara demokrasi, sosialis yg didasarkan pada aliansi kekuasaan rakyat yg berpengaruh.Agama negara Islam dan bahasa resmi Arab.
e. Turki: Republik nasionalis, kerakyatan, kenegaraan, sekuler dan revolusionis, kedaulatan di tangan bangsa.Kepala negara adalah presiden (Sumber: Muhadi Zainuddin,Studi Kepimpinan Islam, Mohammad Tahir Azhari, Negara Hukum, J.Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah).












PEREMUAN (4)

KEPEMIMPINAN IDEAL

A. PERSPEKTIF BARAT*
1. Memiliki kecerdsan (intelligent)
2. Kemampuan mengawasi (supervisory ability)
3. Mempunyai inisiatif
4. Ketenangan diri (self assurance)
5. Kepribadian (personality)
6. Adil (fair)
7. Pengertian (understanding)
8. Berpengetahuan umum (knowlidge able in general)
9. Berpengetahuan khusus (knowledge able in particular job)
10. Memiliki pandangan ke depan (perspective)
11. Memiliki kejujuran (having high integrity
12. Human relation
13. Memiliki keberanian
14. Kesediaan menerima
15. Kemampuan berkomunikasi
16. Keuletan
17. Manusiawi
18. Kematangan perasaa
19. Berpengaruh
*Dikutip dari: Ghizeli dan Sodgill, L.Sank, Thomas W. Harrel, Keith Davis, Robert J. Thierauf dan R.C. Klokamp, George R. Tery dan Paul Hare.


B. PERSPEKTIF ISLAM:

1. Kuat dalam aqidah
2. Mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain
3. Managerial yang baik
4. Human relation
5. Visinya adalah al-Qur’an
6. Tawadu’
7. Memiliki sifat shiddiq, amanah, tablig, dan fatanah.
8. Memiliki kepekaan sosial yang tajam
9. Tabah dan tahan menerima kritik
10. Pemaaf dan memiliki jiwa tasamuh
11. Tidak memiliki sifat fir’aun

PERBEDAAN ANTARA BARAT DAN ISLAM:
• Pendekatan Barat eksternal (seorang pemimpin diletakkan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan komunitasnya. Pendekatan Islam internal (bahwa pribadi seseorang pemimpin itu merupakan cerminan dari keberhasilannya yang dimulai dari dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.
• Sifat ideal seorng pemimpin perspektif Barat melalui sebuah proses latihan murni tanpa ada faktor lain di dalamnya. Perspektif Islam meyakini bahwa sifat-sifat tertentu seseorang merupakan karakter khas yang dimilikinya sebagai karunia Allah.
• Perspektif Islam kepemimpinan adalah amanah yang diembankan Allah kepada manusia sehingga kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Perspektif Barat mencukupkan amanah kepemimpinan sebagai tanggung jawab legal formal saja. : Lihat Aunur Rahim Faqih, Kepemimpinan Islam, dan Imam Munawwar, Asas-asas Kepemimpinan dalm Islam).

C. Karakteristik Pemimpin Umat Masa Depan
1, Memiliki akidah Islamiyah yang mantap
2.Tasamuh (toleran)
3. Memiliki landasan kerjasama dan solidaritas
4. mampu menghilangkan kultur organisasi
5. Terbuka thd dinamika internal umatnya (kritik yg konstruktif dan democrat)
6. Bebas dari penyakit Jahid dan jamid=reksioner dan beku berfikir (Ibid, hlm. 3-32,Bandingkan dengan Muhadi Zainuddin&Abd.Mustaqim, hlm. 26-30)




PERTEMUAN (5)

MORALITAS KEPEMIMPINAN UMAT YANG BAIK DAN BURUK
MENURUT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH (5)
A. Perspektif al-Qur’an:
1. Mencintai kebenaran (al-Baqarah ayat 147: al-Haqqu minrrabbika falakunanna minal mumtarin=Kebenaran itu adalah dari TuhanMu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu), baca juga al-Maidah ayat 8=Kunu qawwamina lillahi… Hendaklah kamu menjadi orang2 yg selalu menegakkan kebenaran.
2. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain=al-Baqarah ayat 166=orang2 yg diikuiti itu berlepas diri dari org yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
3. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian=al-Baqarah ayat 245=siapakah yh memanjari Allah dg pnjar ygbaik (menafkahkan harta di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pemabayarannya secaraberganda…
4. Baik dalam pergaulan masyarakat=Fushshilat ayat 34= Dan tdklah sama kebaikan degan kejahatan. Sebab itu tolaklah kejahatan itu dengan perbuatan yang baik, supaya yang takdirnya dalam permusuhan antaramu dengan dia, berubah sikap menjadi sahabat karibmu yang mesra
5. Bijaksana=Yusuf ayat 22=… Kami beri dia ilmu kebijaksanaan




C. Perspktif as-Sunnah

1.Memimpin utk melayani bukan utk dilayani, HR. Abu Nai’m= Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka
2. Zuhud thd kekuasaan=HR.Muslim= …Kami tdk mengangkat org yg bermbisi kedudukan. HR. al-Bukhari dan Muslim= Wahai Abrurrahmanbin Suramah, janganlah kamu menuntut swt jabatan,sesungguhnya jika diberi krn krn ambisimu maka kamu akan menanggung segala bebannya, ttp jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.
3.Jujur dan tdk munafik=HR. Ath-Thabrani= Akan dating sesudahku penguasa2 yg memerintahmu, di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dg bijaksana, ttp bila turun dr mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.
4.Memiliki visi Keummatan(terbebas dari fanatisme)= HR. Ahmad= Ya Rasulullah, apabila seseorang mencintai kaumnya, apakah ia tergolong fanatisme? Nabi saw menjawab: tidak, fanatisme (asabiyah) ialah apabila seseorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.
5. Memiliki tanggung jawab moral=HR.al-Bukhari dan Muslim= Semua kamu pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, …




KETERAMPILAN MENGELOLA ORGANISASI (6-7)
B. Langkah-langkah Mengelola Organisasi
1. Organisasi yang sudah lama berdiri
Seorang pemimpin yang baru dalam mengelola atau memenej sebuah organisasi harus memahmi kultur dan karakteristik yang sudah terbangun dalam sebuah organisasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan dukungan penuh dari pengurus dan anggota organisasi tersebut dan dengan sendirinya akan dapat menghindari terjadinya konflik-konflik yang tidak perlu terjadi, yang akan menguras pikiran dan perhatian.
2. Organisasi Baru
Seorang pemimpin harus membangun budaya dan kultur organisasi yang baik serta membangun keterikatan moral yang kuat di kalangan pengurus organisasi untuk meredam dan memperkecil terjainya perbedaan.
Ada tiga komponen yang paling penting yang harus dilewati dalam mengelola suatu organisasi. Yaitu INPUT, PROSES DAN OUT-PUT.
INPUT: Masukan, kritik dan saran, hasil penelitian, hasil workshop dan seminar, dan lainlain.
Bermodalkan in-put tersebut seorang pmimpin menentukan visi dan misi organisasi, sector yang akan digarap, periode kepengurusan, out-put yang dihasilkan, mekanisme pertanggungjawaban dan lain-lain.
PROSES: Setelah input berhasil dikumpulkan, langkah berikutnya adalah PROSES yang terdiri dari:
a. Proses awal: bentuk kegiatan berupa: Up-grading=utk menyamakan pengetahuan slrh calon pengurus thd permasalahan keorganisasian.Rapat Kerja: utk menentukan: Visi dan misi organisasi.
Contoh visi UII: Adalah terwujudnya UII sebagai rahmatan lil’alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan dan risalah Islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan dakwah Islamiyah. dan misi UII: Adalah menegakkan wahyu Ilahi dan Sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran abadi yang membaw rahmat bagi alam semesta melalui pengembangan dan penyebaran ilmu, teknologi, budaya dan seni yang berjiwa Islam, dalam rangka membentuk cendekiawan muslim dan pemimpin bangsa yang bertaqwa dan berakhlak mulia, yang mempunyai keunggulan dalam keilmuan, kepemimpinan, keadilan professional dan kemandirian, berilmu amaliyah dan beramal ilmiah. Program kerja organsasi, Hak kewjiban pengrus dan anggota organisasi, job-deskription, batasan periode organisasi, dan mekanisme mutasi, reshuffle dan lain-lain.
b. Proses pengelolaan organisasi: Intinya pelaksanaan operasional organisasi berdasrkan kesepakatan2 yg dihasilkan dalam raker. Dalam kaitan prose pengelolaan ada beberapa fungsi kepemimpinan yang harus diperhatikan: Fungsi Instruktif: Fungsi ini terkait dg kemampuan komunikasi seorang pemimpin, yaitu komunikasi dua arah (demokratis) meskipun yg memutuskan adalah pemimpin.Fungsi delegasi: pemberian ijin kpd pengurus organisasi yg lain dlm posisi structural tertentu utk melaksanakan sbg dr wewenang pemimpin. Fungsi pengendalian: Tugas utama pemimpin mengendalikan dan mengawasi jalannya organisasi.Jika terjadi penyimpangan maka pemimpin hrs sgr menegurutk sgr diadakan perbaikan.Karena jika terjadi kesalahan pemimpin yg akan mempertanggung jawabkannya. Fungsi kteladana: Ibda’ binafsik.
OUT-PUT: Merupakan bagian akhir dr proses, baik berupa jasa maupun barang. Ukuran keberhasilannya: -ketepatan waktu, efesiensi biaya, dan keuntungan yg diperoleh.


C. MENUMBUHKEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI.
Elemen terpenting dari suatu organisasi adalah budaya yang tumbuh di tengah2 orgnisasi tersebut. Bentuknya bisa zahir/terlihat: interaksi social masyarakat orgnisasi tsb. dan bersifat abstrak/tdk terlihat: hal-hal yg bersifat ideologis: dlm org politik dan kepemudaan. Budaya organisasi yg baik, misalnya disiplin kerja, shalat berjama’ah, berbusana muslim,muslimat. Budaya yg jelek, misal: korupsi waktu, dll. (Sumber; Aunur Rohim Faqih: Kepemimpinan Islam)



D. KOMUNKASI ORGANISASI
1. Pengertian: Arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dlm masyarakat yang berlansgunsung secara vertical maupun secara horizontal bahkan diagonal (Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 2004: 144).
2. Dimensi komunikasi dan sistemnya
Berdasarkan pengertian di atas maka dpt dipahami ada dua bahkan tiga dimensi komunikasi yang lazim terjadi di dalam senuah organisasi: (1) Komunikasi vertical: komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai rantai perintah. Ke bawah mulai dari manajemen puncak sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Tujuannya, utk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran, dll.Bentuknya dpt nelalui lisan, tulisan, memo, laporan atau dokumen, bulletin, pertemuan atau rapat, dll.Komunikasi ke atas: utk mensuplai informasi kpd tingkat manajemen atas ttg apa yg terjadi pd tingkat bawah. Bentuknya: Laporan2 priodik, penjelasan , gagasan dan permintaan utk diberikan keputusan. (2) Komunikasi horizontal/lateral: a. Komunikasi diantara para anggota dalam kelompok kerja yang sama, b. komunikasi yg terjadi antara dan di antara departemen-departemen pd tingkat organisasi yg sama.Bentuknya, bersifat koordinatif. Fungsinya selain membantu koordinasi kegiatan, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.(3) Komunikasi diagonal: komunikasi yg memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sbg hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf (Lihat Aunurrahim Faqih, Kepemimpinan Islam, h. 51 dan T. Hani Handoko, Manajemen, h. 280-282).
Dua atau tiga dimensi tersebut di atas biasanya didukung oleh tiga system komunikasi yaitu:
1) Sistem instruktif, 2) system koordinatif, dan 3) system konsultatif: beda dengan 1 dan 2, biasanya dilaksanakan menyangkut kebijakan intern organisasi antara bawahan sbg pelaksana di lapangan dengan pimpinan utk memberikan kelonggaran dan toleransi yg memungkinkan.
3. Komunikasi formal dan informal
a. Formal: saluran penyampaian berita yang dirancang manajer organisasi utk memudahkan hubungan pekerjaan.
b. in-formal: kebalikan dari komunikasi formal yaitu mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi tetapi dari desas-desus, kabar angin atau slentingan.
4. Komunikasi verbal dan non-verbal: Komunikasi Verbal sebagaimana telah dibahas sebelumnya, sedangkan non-verbal dapat berupa bahasa tubuh (body language) yg meliputi seluruh anggota tubuh spt wajah dan tangan.
5. Hambatan-hambatan organisasional: (1) tingkatan hirarki: krn berita hrs melalui tingkatan jenjang, memerlukan wakt lama, melalui beberapa filter shg setiap tingkatan dpt menambah, mengurangi, merubah, atau sama sekali berbeda dg berita aslinya, (2) wewenang manajerial: Tanpa wewenang utk membuat keputusan tdk mungkin manajer dpt mencapai tujuan dg efektif. Tetapi di lain pihak, pd kenyataannya seorang yg mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan2 thd komunikasi, (3) spesialisasi: meskipun ia merupakan prinsip dasar organisasi ttp juga menciptakan masalah2 komunikasi (hal ini cenderung memisahkan orang atau membeda-bedakan orang)
6. Hambatan antar pribadi: (1) persepsi selektif, (2) status atau kedudukan komunikator, (3) keadaan membela diri, (4) pendengaran lemah, (5) ketidaktepatan penggunaan bahasa
7. Manfaat komunikasi bagi kelompok atauorganisasi: (1) menghubungkan semua unsure sehingga terjadi kesetiakawanan dan loyalitas antar sesame, (2) perilaku opersional yg efisien,(3) pembangkitan rasa keterlibatan, (4) peningkatan rasa tanggng jawab serta semangat bekerja dan berjuang untuk kemajuan organisasi.
8. Dasar-dasar konseptual ttg komunikasi dalam Islam: (1) Perkataan yang benar, lm surat an-Nisa ayat 9: Qaulan sadidan (2) Perkataan yg membekas pada jiwa, dlm surat an-Nisa ayat 63 qaulan baligan (3) Perkataan yg mudah dipahami, dalam surat al-Isra’ ayat 28 Qaulan maisuran (4) perkataan lembut, dalam surat Thaha ayat 24, qaulan layyinan (5) Perktaan yang mulia, dlm surat al-Isra’ ayat 23, qaulan kariman dan (6) perkataan yang baik, dalam surat an-Nisa’ ayat 5, qaulan ma’ruufan. (Sumber: Idem)
































D. STRATEGI ORGANISASI
1. Pengertian strategi: siasat, kiat, trik= kebijakan untuk mencapai tujuan
Jika suatu organisasi berkeinginan mencapai tujuannya secara efektif, maka ia harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya yang selalu berubah. Dengan demikian diperlukan berbagai strategi.
Salah satu pola-- identifikasi, desain, pilihan, pelaksanaan dan evaluasi strategi-- yang banyak digunakan adalah SWOT (WHELLEN 1990).
Analisi SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan (strengths), dan kelemahan (weakness) internal sebuah organisasi, serta kesempatan (opportunities), dan ancaman (threats) lingkungan ekseternalnya.
Sebagai ilusterasi, jika analisis ini digunakan dengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah fakultas untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi fakultas itu dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan pekerjaan (instansi) yang akan dimasuki oleh alumninya.
Sedangkan pemahaman mengenai factor eksternal (terdiri atas ancaman dan kesempatan) yang dihubungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Perakiran seperti ini diterapkan dengan membuat program yang kompoten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
Contoh lembaran kerja nalisis SWOT
Potensi
Kekuatan Internal (S)
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
Potensi
Kelemahan Internal (W)
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------

Potensi
Kesempatan Eksternal (O)
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------

Potensi
Ancaman Eksternal (T)
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------

NB. A. Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan: (1) tenaga dosen dan staf administerasi (2) ruang kuliah, laboratorium, dan pasilitas sarana prasarana (lingkungan belajar) (3) mahasiswa yang ada (4) anggaran operasional (5) program riset dan praktikum (6) organisasi atau forum ilmiah lainnya.
B. Beberapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan: (1) tempat yang prospektif bagi lulusan (2) orang tua dan keluarga mahasiswa (3) lembaga pendidikan pesaing lainnya (4) program S2 atau lembaga pelatihan sebagai persiapan lanjutan (5) demografi social dan ekonomi penduduk, (6) badan-badan penyandang dana.


KAEDAH yang perlu diperhatikan dalam merumuskan strategi adalah “menggunakan sumberdaya unggulan untuk meraih peluang dan menggunakan sumberdaya unggulan untuk menekan ancaman. “Menggunakan” dapat diartikan mengoptimalkan, memakasimalkan, meningkatkan, mengembangkan, dan mengefektifkan.
“Meraih” dapat berarti memanfaatkan peluang lingkungan yang sifatnya mendukung untuk mewujudkan visi, misi, dan upaya memberdayakan target group organisasi.
“Ancaman” dapat diartikan sebagai hambatan pada lingkungan yang sifatnya mendukung untuk mewujudkan visi,misi dan pemberdayaan target group.

STRATEGI PENGEMBANGAN ORGANISASI UMAT
1. Mengembangkan strategi kompetitif (Fastibiqul-khaerat)
2. Terjemahkan strategi dengan implementasi
3. Identifikasi factor penting terkait SWOT
4. Antisipasi resiko dengan Cintigency Plan (Rencna Pengganti)
5, Berfokus pada Added Value (Nilai Tambah)
6. Mencermati Cost Consciousness/Sadar Biaya
7. Total Quality Management (TQM)



REALITAS KEPEMIMPINAN ISLAM I






REALITAS KEPEMIMPINAN ISLAM II

1. Bani Umayyah:
Sistem dan pola kepemimpinan Bani Umayyah secara umum dapat dikatakan menganut system monarkhi (turun temurun), karena meskipun pemerintahan Dinasti Umayyah memakai gelar khalifah namun cara pengangkatannya menyimpang dari keempat cara yang ditempu oleh pemerintahan khulafa’ al-Rasyidin. Sistem khalifah al-Rasyidin berakhir untuk selama-lamanya setelah Muawiyah mengangkat putranya (Yazid) sebagai putra mahkota.
Praktek kepemimplah inan Dinasti Umayyah yang berbeda dengan khulafa’ al-Rasyidin adalah: (1) unsure pengikat bangsa lebih ditekankan pada kesatuan politik dan ekonomi, (2) khalifah adalah jabatan sekuler dan berfungsi sebagai kepala pemerintahan eksekutip, (3) dinasti ini bersifat ekslusif karena lebih mengutamakan orang-orang Arab duduk dalam pemerintahan (4) dinasti ini tidak meninggalkan unsure agama dalam pemerintahan(formalitas agama tetap dipatuhi dan kadang menampilkan dirinya sebagai pejuang Islam, (5) kurang melaksanakan musyawarah karenananya kekuasaan khalifah bersifat absolute walaupun belum begitu menonjol, (6) para khalifah (raja) telah memilih cara hidup kaisar dan kisra (telah meninggalkan cara2 hidup Nabi dan khulafa’ al-Rasyidin.
Namun demikian dinasti memberikan perubahan yahg signifikan dan inovatif antara lain: (1) membangun kekuasaan militer (AD, AL dan Kepolisian), (2) meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat, (3) mengadakan pebaruan di bidang administerasi pemerintahan dan melengkapinya dengan jabatan2 baru yg dipengaruhi oleh kebudayaan Bizantium.
2. Bani Abbasiyah
Setelah pemerintahan bani Umayyah jatuh (99 tahun) berkuasa, kekuasaan khalifah jatuh ke tangan Bani Abbas. Pola kepemimpinan Bani Abbas pada umumnya tidak jauh berheda dengan Bani Umayyah (menyimpang dari praktik Nabi Muhammad dan khulafa’ al-Rasyidin). Sistem kepemimpinannya pun tidak berbeda dengan Umayyah yaitu model monarkhi dengan tetap menggunakan gelar khalifah.Tetapi derajatnya berbeda khalifah2 Bani Abbas menempatkan diri sebagai zillullah filardi (bayangan Allah di bumi).Tegasnya khalifah memperoleh kekusaannya dari Allah bukan dari rakyat, oleh karena itu brsifat absolute.
Ciri lain dari praktik kepemimpinan Bani Abbas: (1) jabatan khalifah tdk bisa dipisahkan dari negara. Kepala pemerintahan eksekutip dijabat oleh seorang wazir, (2) unsure pengikat bangsa adalah agama (muslim arab dan non-arab sama), (3) corak pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh Persia, (4) Dinasti ini memanfaatkan kemajuan ekonomi utk pengembangan penelitian ilmiah di berbagai bidang shg mencapai perestasi gemilang yg mengagumkan dunia.
3. Kepemimpinan di negara2 Islam
a. Arab Saudi: Kerajaan, Kepala negara dan pemerintahannya adalah raja.Kekuasaan eksekutip dilaksanakan oleh para pembantu raja yaitu Dewan Menteri. Tdk memiliki UU tertulis namun kaedah2 pokok yg terkandung dalam al-Qur’an dianggap sbg UU (system hukum yg dipakai adalah syariat Islam__al-Qur’an. Al-Sunnah dan ijtihad para ulama).Dengan demikian KSA tdk monarkhi absolute dan teokrasi krn kekuasaan dibatasi oleh syariat.
b. Pakistan: Republik Islam Pakistan, Kepala negara presiden, dan kepala pemerintahan perdana menteri. Kekuasaan legislative DPR.
c. Maroko:Kerajaan yg berkonstitusi dan demokratis, kedaulatan di tangan bangsa dan Islam adalah agama negara. Menganut system banyak partai. Hukum Islam hanya berlaku di bidang-bidang tertentu, perkawinan, waris dan wakaf menurut mazhab Mailiki.
d. Mesir: Republik Arab Mesir, kepala negara dan pemerintahan presiden yg dipilih oleh DPR yg beranggotakan 458 orang.Negara demokrasi, sosialis yg didasarkan pada aliansi kekuasaan rakyat yg berpengaruh.Agama negara Islam dan bahasa resmi Arab.
e. Turki: Republik nasionalis, kerakyatan, kenegaraan, sekuler dan revolusionis, kedaulatan di tangan bangsa.Kepala negara adalah presiden (Sumber: Muhadi Zainuddin,Studi Kepimpinan Islam, Mohammad Tahir Azhari, Negara Hukum, J.Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah).

download file ppt SKI 





 

0 komentar:

Posting Komentar

thanks for comment